Tahun 2021 hampir berakhir, tetapi berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia tidak bias terlupakan, seperti peristiwa alam. Di penghujung tahun, peristiwa meletusnya Gunung Semeru hingga gempa bumi di Nusa Tenggara Timur cukup mengejutkan masyarakat. Tidak terhitung sepanjang tahun ini banyak sekali peristiwa bencana yang terjadi di daerah-daerah. Berdasarkan data yang dikeluarkan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada tahun 2021 menunjukkan sekitar 2.553 peristiwa bencana alam terjadi di Indonesia. Sebanyak ribuan bencana tersebut didominasi oleh peristiwa banjir, angin puting beliung, tanah longsor, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Gempa bumi, gelombang pasang. dan erupsi gunung berapi pun turut terjadi meskipun frekuensinya tidak sebanyak banjir dan tanah longsor. Terlebih bencana non-alam yakni pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia tidak kunjung mereda, meski telah memasuki tahun kedua sejak kasus pertama masuk ke Indonesia tahun 2020 lalu.
Peristiwa-peristiwa alam umumnya disebabkan karena curah hujan tinggi, erosi tanah, hingga perilaku-perilaku manusia. Di samping itu, perilaku manusia juga turut menyebabkan fenomena baru, yaitu fenomena krisis iklim yang dalam kurun waktu belakangan ini sering menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Krisis iklim disebabkan oleh konsentrasi karbon dioksida dan gas lain yang ada di atmosfer meningkat, sehingga menimbulkan efek gas rumah kaca. Adanya krisis iklim berdampak pada berbagai aspek, seperti cuaca ekstrim, gagal panen, menurunnya kualitas air, hingga timbulnya wabah penyakit. Kesadaran kolektif generasi muda memegang peran penting dalam mencegah adanya krisis iklim dan merawat alam. Lalu, bagaimana tanggapan mahasiswa Diksasindo mengenai peristiwa-peristiwa alam yang belakangan ini banyak terjadi di Indonesia?
“Salah satu penyebab krisis iklim yang terus meningkat tidak terlepas dengan perilaku manusia, seperti perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan individu, sehingga manusia cenderung memiliki ego yang tinggi dan memilih untuk mementingkan kebutuhan pribadi. Contoh sederhana adalah banyaknya penggunaan kendaraan pribadi yang justru meningkatkan intensitas gas emisi di bumi,” tutur Daffa, mahasiswa Diksasindo angkatan 2019 (14/11).
Terlepas dari perilaku manusia yang semakin tidak terkendali, adanya gejala alam juga tidak dapat dihindari, mengingat bahwa Indonesia terletak di wilayah yang rawan terjadi bencana. Meskipun demikian, setiap individu memiliki kewajiban untuk merawat, memelihara, serta melindungi alam agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat dikendalikan.
Di penghujung tahun ini, masyarakat Indonesia masih khawatir akan adanya bencana lain yang menyusul, bahkan beberapa dampak akibat bencana alam masih dirasakan oleh penduduk sekitar, kerugian yang diperoleh menghambat kelangsungan hidup masyarakat daerah terjadinya bencana. Terlebih dengan segala keterbatasan di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini membuat penderitaan korban terdampak pun semakin besar. Kekhawatiran tersebut semakin meningkat dengan adanya krisis iklim yang menjadi salah satu faktor terjadinya bencana.
Menurut penuturan Salamah, mahasiswi Diksasindo angkatan 2020, bentuk perubahan alam yaitu pemanasan global memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap krisis iklim. Tentunya hal tersebut apabila terus terjadi dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan terjadinya bencana alam, seperti banjir, longsor, dan lainnya. Bumi yang semakin tua tentu tidak lagi dengan mudah dapat melindungi manusia dari segala kerusakan alam, maka besar harapan tahun 2021 dapat ditutup dengan suka cita bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menyongsong tahun baru yang lebih baik lagi.
Fenomena alam yang selalu menjadi perbincangan setiap tahun dan berdampak terhadap munculnya fenomena-fenomena lain, seharusnya dapat menyadarkan manusia, bahwa kerugian alam juga menjadi kerugian manusia. Manusia sebagai makhluk yang tinggal hingga memanfaatkan alam untuk kehidupan sehari-hari memiliki kewajiban untuk memelihara alam, sehingga alam sebagai tempat tinggal berbagai makhluk hidup dapat terawat dan lestari.