Pandemi Covid-19 yang memakan banyak jiwa, memaksa pemerintah untuk menerapkan berbagai peraturan guna menghentikan laju penyebaran Covid-19. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang melibatkan seluruh masyarakat, salah satunya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kemudian beralih nama menjadi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Hal tersebut mengharuskan masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar rumah, seperti bekerja maupun sekolah. Permasalahan tersebut juga dirasakan oleh masyarakat Desa Ledok Kulon, Bojonegoro. Terbatasnya aktivitas sosial menyebabkan masyarakat banyak menghabiskan waktu dengan bertatap maya untuk menjalankan aktivitasnya.
Terbatasnya aktivitas masyarakat berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, salah satunya adalah pengusaha tahu sebagai profesi mayoritas di Desa Ledok Kulon.
“Dampak pandemi yang dirasakan oleh pengusaha tahu luar biasa. Dulu sebelum ada Covid-19, setiap hari bisa memroduksi tahu hingga dua kuintal. Akan tetapi, kini menurun kurang lebih 25-50%. Pemasarannya terkendala, pembeli juga jarang. Banyak pedagang yang mengeluh dan gulung tikar. Kalau sekarang itu bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan sudah alhamdulillah,” ujar salah satu pengusaha tahu Desa Ledok Kulon (06/07).
Selain itu, pandemi juga berdampak pada kesehatan mental masyarakat, seperti timbulnya efek kecemasan akibat ketidakpastian situasi di masa pandemi, bahkan tekanan mental. Tidak jarang pula masyarakat harus memutar otak agar kehidupan terus berjalan dan kebutuhan tetap terpenuhi. Menanggapi permasalahan-permasalahan tersebut, ketiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang terdiri dari Elvin Nuril Firdaus (Diksasindo’19), Asri Kamila Ramadhani (Diksasindo’19), dan Erriska Nur Aulia (Psikologi’20) di bawah bimbingan Dr. Sony Sukmawan, M.Pd. menawarkan media terapi psikologi melalui kesenian tradisional yang dibentuk dalam video animasi. Terapi melalui kesenian diharapkan dapat menjadi inovasi baru dalam menyikapi permasalahan psikologis masyarakat Ledok Kulon maupun masyarakat luas dalam menghadapi pandemi.
Hasil penelitian dampak pandemi bagi masyarakat Ledok Kulon pada bulan Mei hingga Juli 2021 menunjukkan adanya penurunan penghasilan dan kurang adaptifnya lingkungan kerja yang menyebabkan tekanan secara mental. Oleh sebab itu, ditawarkan intervensi seni melalui inovasi kesenian Sandur Kembang Desa yang dikemas dalam bentuk video animasi.
Video animasi tersebut terdiri atas tiga bagian, (i) bagian pengantar yang berisi instruksi verbal yang dapat mengarahkan tindakan penonton video; (ii) bagian isi yang berisi video animasi Sandur Kembang Desa yang menceritakan mengenai kondisi pandemic diiringi beberapa tembang Sandur; dan (iii) bagian penutup berisi kalimat penutup. Video animasi yang disusun diharapkan mampu dinikmati oleh kalangan masyarakat dan mampu berkontribusi sebagai inovasi baru dari kesenian tradisional, sehingga Sandur sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional dapat terjaga eksistensinya. Tidak hanya itu, pesan-pesan yang terkandung mengenai pandemi dalam video diharapkan dapat tersampaikan dan dimaknai oleh masyarakat. Dengan demikian, penonton dapat menarik kesimpulan dari jalan cerita dengan bahagia. Kebahagiaan dan pengekspresian emosi tersebut yang menjadi tujuan dalam terapi seni.
Terapi seni dalam bentuk video animasi adalah suatu hal yang selaras dengan situasi di masyarakat saat ini, terbatasnya aktivitas sosial di luar rumah. Video animasi sebagai salah satu bentuk media audio visual juga diharapkan menarik perhatian kalangan milenial terhadap kesenian tradisional.